Oto-san
****
Mmm…. Entahlah.. aku bingung untuk menjelaskan satu kata
ini “ Oto-san” . Bingung menggambarkan,
bingung menguraikannya.. Yang aku tau,
aku memilikinya tapi tak bisa bersamanya…
Dahulu… ketika usia ku masih sangat dini, aku sempat heran kenapa Oto-san milikku seperti capung yang hinggap di sekutuntum
bungan, yang hanya hinggap beberapa
menit saja lalu tak kunjung kembali…
Aku pun berpikir, apakah benar dia adalah Oto-san milik ku,
tapi kenapa dia selalu pergi ??
Kemana sana dia selama dia tak bersama ku???
Pertanyaan itu selalu memutar di otakku dan aku tak
berhasil menemukan jawabannya…
Ketika aku beranjak di sekolah dasar, aku selalu datang dan
pulang sendiri… memacu langkah kaki kecil ku yang semakin lama kurasa semakin
cepat dan kuat, tapi langkah ku terhenti
saat aku melihat sosok teman sekelas ku yang datang dan pergi bersama seseorang
yang disebutnya adalah.. Oto-san. Aku kembali tak mengerti kenapa Oto-san
miliknya selalu ada bersamanya , menemani hari2 kecilnya…
Ya sudahlah, toh dari dulu ia memang begitu…
Seperti biasa lagi… aku pergi ke sekolah yang sederhana tak
jauh dari rumah, namun… kali ini saat aku pulang, aku tak pulang ke rumah,
melainkan ke rumah sakit !
Ya, aku mengalami kecelakaan persis didepan sekolah ku…
tertabrak angkutan umum yang biasa melewati sekolah ku. Seluruh kejadian saat
itu tak ada yang ku lupa, karna aku tak pingsan
dan tak menangis saat itu, mungkin karna terlalu terlalu kaget dengan
apa yang terjadi, aku melihat satu kaki kiri kecil ku berlumur darah dan sisa
sepatuku yang rusak. Setiba di RS, aku bertemu dengan Mamah ku, disitulah aku
baru menangis sesegukan. Aku juga tak menengerti, kenapa aku baru menangis saat
itu ??
Akhirnya diputuskan aku harus di operasi dengan mengambil
sebagian kulit paha ku untuk menutupi sebagian daging kaki kiri ku yang
tergerus aspal dan bebatuan. Saat operasi memang tak sakit sama sekali, tapi
justru setelah operasi dan menjalani perawatan, adalah hari yang paling
mengerikan yang pernah ada, sakitnya …
Sungguh sangat sakit seperti aku akan mati saat itu
juga, setiap kali aku mengingatnya
kembali, rasa sakit itu seolah menyerang kembali seluruh tubuh ku. Ya Allah…
begitu berat ujian ku saat usia ku beranjak 6 th kala itu.
Setiap sakit itu datang, aku selalu ditemani oleh Mamah ku
tersayang. Tapi aku selalu berteriak
memanggil Oto-san. Aku merasa
bersalah, kenapa aku tidak memanggil mamah yang selalu ada untuk ku melainkan
Oto-san yang mungkin dia sudah melupakan ku…
Saat ini tubuhku sudah beranjak dewasa, dan Oto-san tidak
pernah datang kembali seperti dulu… atau mungkin aku tak akan melihatnya lagi… semuanya
Hanya Ia, Allah yang Maha Kuasa yang
tahu hari esok seperti apa..
Aku hanya memiliki
satu foto berukuran 2x3 yang sudah sangat lama sekali. Itu hanya sekedar
aku tak lupa akan wajahnya. Padahal saat
aku tak melihat fotonya aku sudah lupa dengan wajahnya, aku mungkin mencoba
berandai-andai seperti apa wajahnya kini aku tak mampu lagi…
Entahlah karna kecelakaan saat atau bukan, tapi yang ku
rasa setelah kecelakaan itu minus dan daya ingat ku ikut semakin menurun dengan
cepat. Mungkin aku akan segera melupakan wajah Oto-san ku juga.
Tak jarang aku melihat sosok yang aku perkirakan usianya mungkin sama
dengan Oto-san. Aku sempat berharap,
andai saja dia Oto-san ku… Ah…. Tak baik berandai-andai, lebih baik syukurin
saja apa yang ku miliki saat ini.
Saat aku ingin sholat Ashar
di tempat aku bekerja, ada seorang senior ku yang bersedia menjadi imam
untuk ku. Aku kembali memperkirakan usia Oto-san ku dengannya mungkin sama. Dan
dalam sholat hati ku mulai berbicara.
****
“ Mungkin seperti ini rasanya menjadi Makmum jika Oto-san
ku menjadi imam. Imam dalam mimpi ku…”
**
0 Komentar